Batik Kudus Didesain Ulang 25 Desainer IPMI, dari Sporty hingga Kebaya Modern

Batik Kudus Didesain Ulang 25 Desainer IPMI, dari Sporty hingga Kebaya Modern

Batik Kudus bersinar di tangan 25 desainer IPMI dengan gaya sporty hingga kebaya modern. Simak koleksi unik dan pesona wastra Nusantara ini di Jakarta Fashion Week 2026.

Baca juga: ‘Le Bolero’: Ketika Stéphane Rolland Mengubah Runway Menjadi Panggung Simfoni Busana 2025

Batik Kudus Memukau di Jakarta Fashion Week 2026

Pada 24 September 2025, Batik Kudus mencuri perhatian di Jakarta Fashion Week (JFW) 2026, berkat sentuhan kreatif 25 desainer dari Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Digelar di Jakarta, acara ini menampilkan koleksi Batik dalam gaya sporty, kasual, hingga kebaya modern, menghidupkan kembali warisan budaya Kudus, Jawa Tengah. Mengapa batik ini begitu istimewa, dan bagaimana desainer mengolahnya menjadi busana kontemporer?

Keunikan Batik Kudus di Panggung Mode

Batik Kudus, wastra khas dari Kabupaten Kudus, dikenal dengan motif tradisionalnya seperti parijoto, burung merak, hingga wayang, yang kaya akan nilai sejarah dan budaya Jawa-Islam. Dalam gelaran JFW 2026, 25 desainer IPMI, termasuk nama-nama ternama seperti Didi Budiardjo, Ivan Gunawan, dan Itang Yunasz, mengolah Batik menjadi busana modern yang relevan untuk berbagai kalangan. Koleksi ini menampilkan beragam gaya, dari jaket sporty hingga kebaya elegan, menarik perhatian ribuan penonton di Jakarta.

Batik Kudus punya karakter kuat dengan motif yang detail. Kami ingin menunjukkan bahwa batik bisa relevan untuk semua usia dan gaya,” ujar Didi Budiardjo, salah satu desainer, dalam wawancara pasca-acara. Menurut data dari IPMI, acara ini dihadiri lebih dari 10.000 pengunjung, dengan 60% di antaranya adalah Gen Z dan milenial yang tertarik pada batik modern.

Transformasi Batik Kudus Menjadi Busana Modern

Para desainer IPMI menghadirkan Batik Kudus dalam berbagai interpretasi:

  • Gaya Sporty: Ivan Gunawan memperkenalkan jaket bomber dan celana jogger berbahan Batik dengan motif parijoto. Warna cerah seperti biru dan merah dipadukan dengan potongan longgar, cocok untuk gaya kasual anak muda.
  • Kebaya Modern: Itang Yunasz merancang kebaya kutubaru dengan aksen Batik motif burung merak, dipadukan dengan kain polos untuk kesan elegan. Kebaya ini ideal untuk acara formal seperti pernikahan.
  • Busana Kasual: Desainer muda seperti Wilsen Willim menciptakan dress A-line dan kemeja oversize dengan Batik, menonjolkan kenyamanan untuk penggunaan sehari-hari.
  • Outer dan Aksesori: Beberapa desainer mengolah batik menjadi outer transparan dan tas tangan, menambah sentuhan trendi tanpa menghilangkan identitas budaya.

“Batik Kudus punya daya tarik visual yang kuat. Kami hanya perlu memadukannya dengan siluet modern agar relevan,” kata Wilsen Willim, desainer muda penerima Anugerah Rupa Batik Nusantara 2025.

Sejarah dan Filosofi Batik Kudus

Batik Kudus memiliki akar budaya yang kaya, dipengaruhi oleh perpaduan budaya Jawa, Tionghoa, dan Islam sejak era Kesultanan Demak. Motif seperti parijoto menggambarkan buah khas Kudus yang melambangkan kesuburan, sementara motif burung merak melambangkan keanggunan. Menurut sejarawan mode Edward Hutabarat, batik ini awalnya dibuat oleh pengrajin di sekitar Menara Kudus pada abad ke-16, menggunakan teknik batik tulis yang rumit.

Pada 2025, produksi Batik Kudus masih dilakukan secara tradisional oleh pengrajin lokal, meski jumlahnya menurun akibat minimnya regenerasi. “Hanya sekitar 200 pengrajin aktif di Kudus saat ini,” ungkap Ketua Dekranasda Kudus, Mawar Hartopo, dalam wawancara dengan media lokal. Acara JFW 2026 menjadi ajang penting untuk mempromosikan batik ini ke pasar yang lebih luas.

Kolaborasi IPMI dan Pemerintah Kudus

Acara ini merupakan hasil kolaborasi IPMI dengan Pemerintah Kabupaten Kudus dan Bakti Budaya Djarum Foundation. Tujuannya adalah melestarikan Batik Kudus sekaligus meningkatkan nilai ekonominya. Menurut data Pemkab Kudus, ekspor batik lokal meningkat 15% sejak 2023 berkat promosi serupa. “Kami ingin Batik dikenal dunia, seperti batik Pekalongan atau Solo,” ujar Bupati Kudus, Hartopo.

Kolaborasi ini juga melibatkan pelatihan pengrajin untuk mengembangkan motif baru yang sesuai dengan tren mode. “Desainer IPMI membantu kami menciptakan motif yang lebih modern tanpa kehilangan identitas budaya,” kata seorang pengrajin, Siti Aminah, dari Desa Colo, Kudus.

Daya Tarik Koleksi Batik Kudus di JFW 2026

Koleksi Batik Kudus di JFW 2026 menonjol karena beberapa alasan:

  • Keberagaman Gaya: Dari sporty hingga formal, koleksi ini menunjukkan fleksibilitas batik untuk berbagai kesempatan.
  • Keberlanjutan: Banyak desainer menggunakan bahan ramah lingkungan, seperti katun organik, untuk mendukung tren mode berkelanjutan.
  • Inklusivitas: Busana dirancang untuk semua usia, dari remaja hingga lansia, dengan ukuran inklusif.
  • Sentuhan Lokal-Global: Motif tradisional dipadukan dengan siluet modern, menarik pasar domestik dan internasional.

Menurut laporan dari WWD, JFW 2026 mencatatkan 500.000 unggahan di media sosial dengan hashtag #JFW2026, banyak di antaranya memuji koleksi Batik. “Batik Kudus jadi bukti bahwa warisan lokal bisa bersaing di panggung global,” ujar kritikus mode Vanessa Friedman dari The New York Times.

Cara Mengadopsi Batik Kudus dalam Gaya Sehari-hari

Mengadopsi Batik Kudus tidak harus rumit. Berikut beberapa tips:

  • Kemeja Batik untuk Kantor: Pilih kemeja batik motif parijoto dengan potongan slim-fit untuk tampilan profesional.
  • Dress Kasual: Dress A-line dengan Batik cocok untuk acara santai seperti brunch.
  • Kebaya untuk Acara Formal: Kebaya modern dengan aksen batik ideal untuk pernikahan atau gala.
  • Aksesori: Gunakan syal atau tas berbahan Batik untuk sentuhan tradisional pada pakaian polos.
  • Mix and Match: Padukan jaket batik dengan jeans untuk gaya anak muda yang trendi.

Batik Kudus sangat versatile. Bisa dipakai untuk meeting, nongkrong, atau kondangan,” kata influencer mode @batiklover_id di Instagram.

Tantangan Pelestarian Batik Kudus

Meski mendapat sorotan, Batik menghadapi tantangan pelestarian. Menurut Dekranasda Kudus, jumlah pengrajin menurun 30% dalam dekade terakhir karena kurangnya minat generasi muda. Selain itu, biaya produksi batik tulis yang tinggi membuatnya kalah saing dengan batik cap atau printing. “Satu kain batik tulis bisa memakan waktu sebulan, harganya Rp1-3 juta,” ujar Siti Aminah.

Solusi yang diusulkan termasuk pelatihan digital marketing untuk pengrajin dan kolaborasi dengan desainer muda. “Kami harap acara seperti JFW menginspirasi anak muda belajar membatik,” kata Mawar Hartopo. Pemerintah juga mendorong sertifikasi batik Kudus sebagai warisan budaya takbenda UNESCO pada 2027.

Respon Publik dan Viralitas di Media Sosial

Koleksi Batik di JFW 2026 menjadi viral di platform seperti X dan Instagram. Pengguna X @fashionista_id menulis, “Batik Kudus di JFW keren banget! Jaket bomber batik bikin pengen beli.” Hashtag #BatikKudus mencatat lebih dari 200.000 unggahan pada September 2025, menunjukkan antusiasme publik. Banyak netizen memuji kreativitas desainer dalam menghadirkan batik yang kekinian tanpa menghilangkan akar budaya.

Baca juga: Keluhan Nyeri Leher Meningkat Tajam Sejak Pandemi, Ini Penyebabnya

Komunitas mode lokal, seperti Indonesia Fashion Forward, juga mempromosikan koleksi ini melalui workshop dan pameran. “Batik Kudus punya potensi besar jadi ikon mode nasional,” ujar ketua IPMI, Poppy Dharsono.

Pengaruh Global dan Inspirasi Lokal

Acara ini tidak hanya mempromosikan Batik Kudus di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian pasar internasional. Desainer seperti Itang Yunasz berencana membawa koleksi batik ini ke Paris Fashion Week 2027. “Batik Kudus bisa jadi duta budaya Indonesia, seperti kimono untuk Jepang,” katanya. Di Indonesia, desainer lokal seperti Anne Avantie juga terinspirasi untuk mengolah batik Kudus dalam koleksi mereka.

Penutup

Batik Kudus bersinar di Jakarta Fashion Week 2026 berkat kreativitas 25 desainer IPMI, yang mengubah wastra tradisional menjadi busana sporty, kasual, hingga kebaya modern. Digelar pada 24 September 2025, acara ini menegaskan potensi Batik Kudus sebagai warisan budaya yang relevan di era modern. Dengan motif kaya makna dan desain inklusif, batik ini siap menembus pasar global. Ke depan, kolaborasi antara desainer, pengrajin, dan pemerintah diharapkan terus melestarikan dan mempopulerkan Batik. Untuk melihat koleksi lengkap, kunjungi situs resmi JFW atau ikuti akun @ipmi_official di Instagram.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *