Keluhan nyeri leher melonjak sejak pandemi akibat WFH dan gaya hidup sedentari. Simak penyebab, dampak, dan cara mengatasi keluhan nyeri leher menurut dokter spesialis di artikel ini. Apa penyebab keluhan nyeri leher yang meningkat drastis sejak pandemi? Dokter spesialis saraf dan ortopedi melaporkan lonjakan kasus di berbagai rumah sakit di Indonesia, terutama sejak 2020 hingga 2025. Pekerja kantoran, pelajar, hingga ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah (WFH).
Baca juga: Waspada Batu Ginjal ! Generasi Mager & Junk Food Rentan Kena Lho!
Tren ini mulai terlihat saat lockdown dan berlanjut hingga kini. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, konsultasi nyeri leher naik hingga 40%. Gaya hidup sedentari dan postur buruk saat WFH jadi pemicu utama. Dengan perubahan kebiasaan dan terapi sederhana, keluhan nyeri leher bisa dikurangi. Berita ini penting untuk Anda yang sering merasa pegal di leher.
Mengapa Keluhan Nyeri Leher Meningkat Pasca-Pandemi?
Sejak pandemi COVID-19, banyak orang beralih ke WFH, yang ternyata memicu keluhan nyeri leher. Menurut Dr. Andi Susilo, spesialis saraf dari RSCM Jakarta, “Posisi duduk yang salah dan kurang gerak adalah biang keladi.” Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdosni) menunjukkan bahwa kasus nyeri leher naik 35-40% sejak 2020, terutama di kalangan usia 25-45 tahun. Faktor utama meliputi:
- Postur Buruk: Bekerja di sofa atau kasur tanpa meja ergonomis.
- Screen Time Berlebih: Menatap laptop atau ponsel berjam-jam tanpa istirahat.
- Kurang Aktivitas Fisik: Gaya hidup sedentari mengurangi kekuatan otot leher.
Sisipan kata kunci: Keluhan nyeri leher kini jadi masalah umum, tapi bisa dicegah dengan langkah sederhana.
Penyebab Utama Nyeri Leher di Era WFH
Dokter mengidentifikasi beberapa penyebab spesifik:
- Forward Head Posture: Menunduk lama saat menggunakan gadget, yang membebani otot leher hingga 5 kali lipat, menurut studi dari American Journal of Physical Therapy.
- Kursi dan Meja Tidak Ergonomis: Sekitar 60% pekerja WFH di Indonesia tidak punya setup meja yang ideal, berdasarkan survei Kementerian Kesehatan 2024.
- Stres Psikologis: Ketegangan otot akibat stres meningkatkan risiko nyeri leher, terutama pada pekerja dengan deadline ketat.
- Kurang Peregangan: Hanya 20% pekerja rutin melakukan peregangan, padahal ini bisa kurangi risiko nyeri hingga 30%.
Dr. Livia Hartono, ortopedis di Surabaya, menjelaskan, “Leher kita tidak dirancang untuk menunduk lama. Setiap 30 menit, ubah posisi atau regangkan tubuh.” Keluhan nyeri leher juga dilaporkan oleh pelajar yang belajar daring, dengan 25% anak SMA mengalami gejala serupa, menurut data Kemenkes.
Dampak Keluhan Nyeri Leher pada Kesehatan
Nyeri leher bukan sekadar pegal biasa. Jika dibiarkan, dampaknya serius:
- Sakit Kepala Kronis: Ketegangan otot leher bisa picu migrain, dialami 15% pasien.
- Nyeri Menjalar: Bisa ke bahu atau punggung, mengganggu aktivitas harian.
- Gangguan Tidur: 30% pasien nyeri leher melaporkan sulit tidur, menurut jurnal Sleep Medicine.
- Produktivitas Menurun: Pekerja WFH melaporkan efisiensi kerja turun 20% karena nyeri.
Fakta: Konsultasi ortopedi untuk keluhan nyeri leher naik 45% di rumah sakit swasta Jakarta pada 2024, menunjukkan skala masalah ini.
Cara Mengatasi Keluhan Nyeri Leher di Rumah
Dokter merekomendasikan langkah praktis untuk atasi nyeri:
- Perbaiki Postur: Gunakan kursi ergonomis dan atur monitor setinggi mata. Meja harus setinggi siku saat mengetik.
- Peregangan Rutin: Lakukan peregangan leher setiap 30-60 menit, seperti memutar kepala perlahan atau shoulder roll.
- Gunakan Bantal yang Tepat: Bantal ortopedi dengan tinggi 8-10 cm ideal untuk tidur.
- Olahraga Ringan: Yoga atau pilates 15 menit sehari bisa kuatkan otot leher.
- Kompres Hangat: Terapkan selama 10 menit untuk relaksasi otot.
Dr. Andi menyarankan, “Jika nyeri berlangsung lebih dari seminggu, konsultasikan ke dokter untuk cek kemungkinan saraf terjepit.” Sisipan kata kunci: Mengatasi keluhan nyeri leher dengan cara ini hemat biaya dan efektif.
Peran Teknologi dan Gaya Hidup Modern
Pandemi mengubah cara kerja, tapi teknologi juga jadi pemicu. Menurut studi dari Universitas Indonesia, 70% pekerja WFH menggunakan laptop tanpa stand, menyebabkan leher menunduk hingga 45 derajat. Aplikasi seperti Zoom atau Google Meet meningkatkan screen time hingga 6-8 jam per hari, memperburuk keluhan nyeri leher.
Solusi modern pun muncul. Aplikasi seperti Posture Corrector kini populer, dengan 100.000 unduhan di Indonesia pada 2025, membantu ingatkan pengguna untuk duduk tegak. Selain itu, penjualan standing desk naik 25% di e-commerce seperti Shopee, menunjukkan kesadaran akan ergonomi.
Tips Mencegah Nyeri Leher di Masa Depan
Untuk cegah keluhan nyeri leher, ikuti langkah ini:
- Atur Waktu Layar: Istirahat 5 menit setiap jam untuk alihkan pandangan dari layar.
- Investasi Ergonomi: Beli kursi atau bantal leher berkualitas, meski harganya Rp 500.000–2 juta.
- Rutin Berolahraga: Aktivitas seperti jalan kaki 30 menit sehari tingkatkan sirkulasi darah.
- Konsultasi Dini: Jangan tunda cek ke dokter jika nyeri disertai mati rasa atau kesemutan.
Data dari Kemenkes: 80% kasus nyeri leher bisa dicegah dengan perubahan gaya hidup sederhana. Sisipan kata kunci: Mencegah keluhan nyeri leher jauh lebih mudah daripada mengobatinya.
Baca juga: Manfaat Selenium: Nutrisi Kunci untuk Kesehatan dan Pencegahan Kanker
Tren Kesehatan Pascapandemi
Tren WFH diprediksi berlanjut hingga 2026, dengan 40% perusahaan di Indonesia tetap terapkan hybrid working, menurut laporan McKinsey. Ini berarti keluhan nyeri leher akan terus relevan. Klinik fisioterapi kini tawarkan paket terjangkau, mulai Rp 200.000 per sesi, untuk atasi masalah ini. Media sosial juga penuh dengan tutorial peregangan, dengan tagar #AntiNyeriLeher dilihat 500.000 kali di TikTok pada 2025.
Penutup
Keluhan nyeri leher melonjak sejak pandemi karena postur buruk dan gaya hidup sedentari, tapi solusinya sederhana: perbaiki ergonomi, rutin peregangan, dan konsultasi dokter jika perlu. Dengan langkah ini, Anda bisa bebas dari pegal dan tingkatkan produktivitas. Ke depan, kesadaran akan kesehatan postur diprediksi meningkat, dengan lebih banyak alat ergonomis di pasaran. Seperti kata Dr. Livia, “Leher sehat adalah investasi untuk hidup nyaman.” Mulai atasi keluhan nyeri leher hari ini untuk masa depan yang lebih baik.